Misa Rabu Abu di STP Dian Mandala Gunungsitoli

Tak terasa hari, minggu, bulan dan bahkan tahun terus berganti. Demikian masa dalam liturgi Gereja Katolik pun tak terasa terus berganti seperti masa natal dan masa biasa yang sudah kita lalui, namun kini kembali kita memasuki masa prapaskah tahun 2020. Umat Katolik menjalani masa prapaskah mulai dari Rabu Abu, 26 Februari 2020 sampai 11 April 2020 sebelum vigili paskah.

Oleh karena itu, STP Dian Mandala Keuskupan Sibolga mengawali masa prapaskah tahun 2020 ini dengan merayakan Misa Rabu Abu di lingkungan kampus yang diikuti oleh dosen, staf-pegawai dan mahasiswa pada hari Rabu, (26/02/2020) pukul 09.30 WIB sampai selesai.

Misa Rabu Abu dipimpin oleh Ketua STP Dian Mandala P. Fransiskus T. S. Sinaga, Pr., dan didampingi Wakil Ketua I yaitu P. Alexius Poto Obe, Pr. Misa Rabu Abu ditandai dengan pemberian abu di dahi yang berbentuk salib.

Dalam khotbahnya dan bahkan di laman facebook Dian Mandala, P. Fransiskus T. S. Sinaga, Pr., banyak memberi penekanan “Mari… Saya, Anda dan Kita semua berbalik kepada Allah!”.

Kalau Kita melintas di Jembatan Nou dekat Pasar Ya’ahowu, Kota Gunungsitoli sudah terpampang iklan rokok sampoerna “LO YANG SALAH LO YANG GALAK”. Sepintas kalimat ini kurang bermakna tapi kalau Kita renungkan maknanya sangat dalam dan luas. Pesan kalimat ini juga sangat tegas, terang, jelas, dan kuat serta menantang Kita.

Di awal masa prapaskah di hari Rabu Abu ini, Kita umat Katolik mengawali Retret Agung. Dalam masa prapaskah ini, Kita disadarkan bahwa Allah adalah Maha Pengampun, Maha Pengasih, Panjang Sabar, Berlimpah Kasih Setia dan Maha Bijaksana. Karena itu, Kita jangan ragu akan pengampunanNya.

Sebagai manusia, Saya, Anda dan Kita semua pernah salah, berdosa, dan lalai. Pernyataan Kita dengan sikap marah/galak (seperti: manusia pertama, Adam dan Hawa. Begitu tahu Mereka berdosa, Mereka lari sembunyi dan menghindar dari Allah). Tentu, hal ini tidak sesuai dengan kehendak Allah. Allah mau agar Kita dengan rendah hati menyesal, sadar dan mengakui kelemahan Kita sendiri.

Dengan demikian, Kita disadarkan meskipun Kita bukan apa-apa, Kita manusia hina dan berdosa dengan simbol Abu yang Kita terima, tapi di mata Tuhan Kita adalah segalanya dan berharga di hadapan Tuhan. Allah menuntun/mengarahkan Kita untuk berbalik kepadaNya. Kita yang bersalah, berdosa, dan tak layak ini mohon ampun kepadaNya dan bukan sebaliknya menjadi marah/galak kepada sesama serta kepada Tuhan.

Paus Fransiskus dalam Surat Gembalanya tahun 2020 menyapa Kita agar Kita sadar bahwa dasar pertobatan adalah misteri paskah (wafat dan kebangkitan Kristus). Karena itu, Paus Fransiskus menyerukan pertobatan (ber-metanoia). Melalui seruan itu, menyadarkan Kita bahwa Allah sangat merindukan berdialog dengan Kita (lewat doa) dan sekaligus mendorong Kita agar mau rela hati untuk berbagi atas apa yang Kita miliki dengan tidak hanya “disimpan” begitu saja.

Sebagai penutup dari khotbahnya, P. Fransiskus T. S. Sinaga, Pr., menegaskan bahwa semuanya mau mendidik hati, sangar suci Kita agar tetap rendah hati, bertobat untuk mengakui kesalahan, kelemahan dan dosa Kita di hadapan Tuhan. Hari ini, Kita akan menerima atau ditandai dengan Abu sebagi tanda pertobatan Kita. Mari berbalik kepada Allah, mengoyakkan hati, menyesal/menangis atas dosa dan ber-metanoia serta tidak mengikuti slogan rokok sampoerna “LO YANG SALAH LO YANG GALAK”

Selamat memasuki Retret Agung…!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *