KEPEMIMPINAN DAN PELAYANAN KETUA LINGKUNGAN DALAM MENYATUKAN UMAT PAROKI SANTA MARIA DIANGKAT KE SURGA KEUSKUPAN MALANG

Gizakiama Hulu*

Abstrak

Peneliti bertolak dari kenyataan bahwa persekutuan umat mulai mundur secara perlahan, baik persekutuan dalam kegiatan rohani maupun sosial. Karena itu, peran ketua lingkungan sebagai pemimpin dan pelayan sangat penting dalam membangun persekutuan umat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data uji T dan uji F. Untuk itu, mencoba menemukan data tentang pengaruh antara kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh positif  antara kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat. Dengan kata lain, semakin baik kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan maka semakin tinggi terlaksananya persekutuan umat di setiap lingkungan.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Pelayanan, Ketua lingkungan, dan Persekutuan Umat

1. Pendahuluan

1.1.  Latar Belakang

Dunia kita dewasa ini ditandai dengan perkembangan pesat transportasi dan media yang mengakibatkan perkembangan aneka lingkungan kebudayaan. Lingkungan kebudayaan yang berubah pada akhirnya menempatkan Gereja pada pengalaman pasang-surut dalam mengembangkan persekutuan umat beriman.  Berhadapan dengan situasi ini, Gereja selalu berusaha membuat kehadirannya tetap relevan. Menurut penulis metode yang dapat diusahakan untuk membuat Gereja tetap relevan adalah adanya pelayanan yang baik dari semua pelayan Gereja, terutama ketua lingkungan yang memimpin dan melayani di lingkungannya sehingga tercipta persekutuan di antara umat. Persekutuan umat ditegaskan oleh Konsili Vatikan II: “Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus sehingga menjadi prinsip kesatuan Gereja”.[1]

Berkaitan tentang ketua lingkungan, maka Mangunhardjana menegaskan mengenai pentingnya peran ketua lingkungan yang memimpin, melayani, dan mempersatukan umat:

Ketua lingkungan merupakan seorang anggota/warga umat yang diangkat menjadi ketua lingkungan resmi gerejani dan menduduki jabatan ketua lingkungan. Untuk menjadi ketua lingkungan, anggota lingkungan dipilih dan diusulkan oleh umat lingkungan; diajukan dan disetujui oleh dewan paroki; ditetapkan oleh uskup melalui surat keputusan dan dilantik oleh pastor paroki melalui upacara gerejani. Sebagai pemimpin ketua lingkungan memiliki wewenang (authority), kekuasaan (power) dan pengaruh (influence).[2]

Dalam menjalankan tugasnya, ketua lingkungan tidak boleh melalaikan tugas pokoknya. Adapun yang menjadi tugas pokok ketua lingkungan, yakni: “Tugas pokok ketua lingkungan adalah mempersatukan jemaat di lingkungan yang bersangkutan dan mengkoordinasikan aktivitas pelayanan pastoral di lingkungannya”.[3]

Sifat dari kepemimpinan ketua lingkungan tidak lepas dari tugas penggembalaan Allah, yang diwujudkan dalam diri Yesus Kristus sebagai Gembala yang baik. Yesus disebut Gembala yang baik, karena Ia menuntun domba-domba ke padang rumput yang hijau (bdk. Yoh. 10:9). Yesus tidak mencerai-beraikan umat, sebaliknya Ia mencari domba yang hilang untuk dipersatukan kembali pada kawanan domba lainnya (bdk. Mat. 18:12-14). Sebagai Gembala yang Baik, Yesus mendampingi, merawat, menyembuhkan, melayani, melibatkan, memberdayakan, dan mengampuni (bdk. Mzm. 23; Luk. 15:1-32; Yoh. 10:11-18; 17:21). Demikian seharusnya ketua lingkungan meneladan Yesus Sang Guru dan Gembala Yang Baik dalam menggembalakan dan melayani umat.

Persekutuan adalah umat Allah, Israel baru yang terbentuk dan hidup di dalam Kristus. Semua orang dipanggil untuk bersatu dan masuk ke dalam persekutuan dengan Allah demi melanjutkan misi Kristus yakni mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini secara konkret. Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa persekutuan merupakan orang-orang yang bersatu dengan Allah dan sesama.[4] Persekutuan, kebersamaan, dan persaudaraan umat dalam lingkungan tercipta melalui kegiatan rohani maupun kegiatan sosial kemasyarakatan. Berkaitan dengan relasi persaudaraan, maka Cahyadi menerangkan bahwa: “Di dalamnya ada relasi, baik horizontal, relasi satu sama lain maupun vertikal, relasi dengan Allah. Relasi vertikal tersebut menjadi dasar akan bangunan relasi dan ikatan persaudaraan satu sama lain yang setara, bebas dan terbuka”.[5]

Akhir-akhir ini, persekutuan umat mundur dengan perlahan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan sharing beberapa warga umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga, persekutuan umat menjadi keprihatinan. Kenyataan bahwa persekutuan umat mundur dalam kegiatan rohani dan sosial di lingkungan. Umat tidak terlibat aktif dalam beberapa kegiatan rohani seperti pendalaman iman, doa rosario, kor dan dalam kegiatan rohani lainnya. Sedangkan dalam kegiatan sosial, umat belum berpartisipasi membantu orang lain, belum berempati dan peka terhadap persoalan sesama, dan lain-lain.[6] Realitas ini memberi gambaran umum tentang persekutuan umat yang belum berjalan dengan baik di lingkungan, maka memunculkan pertanyaan dari pihak penulis: “Apakah yang menyebabkan umat sulit berkumpul? Mengapa umat tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani di lingkungan? Mengapa umat tidak memiliki kepekaan terhadap sesama?”

Melihat situasi di atas, maka penulis meneliti penyebab dari kemunduran persekutuan umat. Teori menekankan pentingnya kepemimpinan ketua lingkungan dalam memengaruhi dan mengarahkan umat lingkungan, baik secara perorangan maupun secara bersama.[7] Ketua lingkungan juga memberikan pelayanan untuk memajukan perkembangan hidup Gereja, sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan persekutuan.[8] Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk meneliti tentang “Pengaruh Kepemimpinan dan Pelayanan Ketua Lingkungan terhadap Persekutuan Umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Keuskupan Malang.

1.2.  Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini: “Bagaimana pengaruh kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga?” Dari rumusan umum itu, penulis menjabarkan dalam tiga rumusan khusus sebagai berikut:

  • Apakah ada pengaruh kepemimpinan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga?
  • Apakah ada pengaruh pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga?
  • Apakah ada pengaruh kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga?

 1.3.  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

  • Menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga.
  • Menguji dan menganalisis pengaruh pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga.
  • Menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga?

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Kepemimpinan Ketua Lingkungan

  • Pengertian
  • Pemimpin sebagai gembala
  • Tugas-tugas pemimpin
  • Pilar-pilar kepemimpinan
  • Fungsi ketua lingkungan sebagai pemimpin

2.2.  Pelayanan Ketua Lingkungan

  • Pengertian
  • Tugas pokok dalam pelayanan
  • Melayani dengan sepunuh hati
  • Karakteristik seorang pelayan
  • Fungsi ketua lingkungan sebagai pelayan

2.3.  Persekutuan Umat

  • Pengertian
  • Membangun persekutuan
  • Kegiatan persekutuan
  • Nilai kebersamaan dalam persekutuan

2.4.  Hipotesis

Hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1)  Ada pengaruh kepemimpinan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga.

2)  Ada pengaruh pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga.

3)  Ada pengaruh kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga.

3. METODE PENELITIAN

3.1.  Lingkup Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode ilmiah, konkret, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.[9]

 3.1.2.  Variabel yang diteliti

Variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan variabel:

(X1) adalah kepemimpinan

(X2) adalah pelayanan

(Y) adalah persekutuan umat sebagai variabel yang diteliti

3.1.3.  Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah umat dari 18 lingkungan di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga yang berjumlah 3603 jiwa.

3.1.4.  Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga yang terdiri dari 18 lingkungan.

3.2.  Sumber Data

Sumber data atau responden dari penelitian ini adalah subyek penelitian sendiri atau dengan kata lain umat lingkungan.

3.3.  Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan cara Slovin dari tabel Isaac dan Michael.[10] Sampel penelitian dari populasi 3.603 dan tingkat kepercayaan 90% ialah 97 responden dengan kriteria usia 20-80 tahun. Teknik sampling yang dipakai adalah probability sampling dengan sistem simple random sampling.

3.4.  Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian adalah umat. Teknik pengumpulan data digunakan kuesioner atau angket. Penulis mengumpulkan data penelitian dari responden melalui pengisian kuesioner secara tertutup. Data yang terkumpul diolah dalam uji reliabilitas dan validitas dengan menggunakan perangkat lunak komputer SSPS (Statistical Product and Service Solutions).

3.5.  Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Sebelum menentukan pengujian yang akan dipakai, penulis melakukan pengujian normalitas terlebih dahulu. Salah satu pengujian yang dipakai dalam statistik parametrik ini adalah analisis pengaruh. Di sini diuji pengaruh signifikan, variabel independen secara parsial (uji T) dan variabel secara bersama-sama (uji F).

4. HASIL PENELITIAN

4.1.  Regresi Linier Berganda

Hasil persamaan regresi linier berganda antara kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat disajikan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Y = 27.028 + 0.320 X1 + 0.318 X2 + e

Dari persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Nilai konstanta (a) sebesar 27,028 menunjukkan tanpa adanya pengaruh dari kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan maka skor jawaban persekutuan umat sebesar 27,028.
  • Nilai koefisien kepemimpinan ketua lingkungan (b1) sebesar 0,320 menunjukkan setiap peningkatan 1 skor jawaban kepemimpinan ketua lingkungan akan meningkatkan skor jawaban persekutuan umat sebesar 0,320.
  • Nilai koefisien pelayanan ketua lingkungan (b1) sebesar 0,318 menunjukkan setiap peningkatan 1 skor jawaban pelayanan ketua lingkungan akan meningkatkan skor jawaban persekutuan umat sebesar 0,318.

4.2.  Pengujian Hipotesis

4.2.1.  Uji Simultan (Uji F)

Hasil pengujian secara simultan dengan uji F didapatkan nilai F hitung (35,885) lebih dari f tabel (3,093) atau nilai signifikansi (0,000) kurang dari alpha (0,050) menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara variabel kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat secara simultan.

4.2.2.  Koefisien Determinasi (R2)

Hasil koefisien determinasi didapatkan nilai R Square sebesar 0,433 artinya bahwa besar pengaruh terhadap variabel persekutuan umat yang ditimbulkan oleh variabel kepemimpinan dan pelayanan ketua lingkungan adalah sebesar 43,3 persen, sedangkan besar pengaruh terhadap variabel persekutuan umat yang ditimbulkan oleh faktor lain adalah sebesar 56,7 persen.

4.2.3.  Uji Parsial (Uji T)

Berikut disajikan hasil pengujian pengaruh antara kepemimpinan ketua lingkungan dan pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat secara parsial dengan menggunakan uji T.

  • Uji parsial antara kepemimpinan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat didapatkan nilai T hitung (2,113) lebih dari t tabel (1,986) atau nilai signifikansi (0,037) kurang dari alpha (0,050) sehingga terdapat pengaruh signifikan antara kepemimpinan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat.
  • Uji parsial antara pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat didapatkan nilai T hitung (2,588) lebih dari t tabel (1,986) atau nilai signifikansi (0,011) kurang dari alpha (0,050) sehingga terdapat pengaruh signifikan antara pelayanan ketua lingkungan terhadap persekutuan umat.

5. PENUTUP

5.1.  Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian. Ditemukan bahwa persekutuan umat meningkat apabila adanya kepemimpinan dan pelayanan yang baik dari ketua lingkungan. Dalam upaya memperoleh persekutuan umat yang tumbuh dan berkembang, maka ketua lingkungan berperan penting untuk merangkul dan melibatkan warga umat lingkungan.

 5.2.  Saran

  • Perlu peningkatan mutu kepemimpinan dan pelayanan para ketua lingkungan guna menyatukan umat di lingkungannya.
  • Hendaknya Gereja sungguh memerhatikan para ketua lingkungan dalam mendampingi warga umat, misalnya memberi pelatihan mengenai kepemimpinan dan pelayanan yang menarik.
  • Kiranya umat berpartisipasi membantu ketua lingkungan dalam menjalankan kegiatan persekutuan lingkungan di belbagai bidang.

  

 

DAFTAR PUSTAKA 

Alkitab. 2001. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Dokumen Konsili Vatikan II. Terj. R. Hardawiryana. 1993. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor. Dalam Lumen Gentium dan Unitatis Redintegratio.

Cahyadi, Krispurwana. Pastoral Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Gitowiratmo, St. 2003. Seputar Dewan Paroki. Yogyakarta: Kanisius.

Mangunhardjana, A.M. 2015. Ketua Lingkungan Kedudukan, Kompetensi, Kinerja dan Spiritualitasnya. Jakarta: Obor.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

 

 

 

[1]Konsili Vatikan II, Unitatis Redintegratio Dekrit tentang Ekumenisme”, terj. R. Hardawiryana (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor, 1993), no. 2. Selanjutnya disingkat UR dan diikuti no.

[2]A.M. Mangunhardjana, Ketua Lingkungan: Kedudukan, Kompetensi, Kinerja, dan Spiritualitasnya (Jakarta: Obor, 2015), hlm. 5.

[3]St. Gitowiratmo, Seputar Dewan Paroki (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 112.

[4]Konsili Vatikan II, Lumen Gentium “Konstitusi Dogmatis tentang Gereja”, terj. R. Hardawiryana (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor, 1993), no. 9. Selanjutnya disingkat LG dan diikuti no.

[5]Krispurwana Cahyadi, Pastoral Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 11.

[6]Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di beberapa lingkungan yang ada di wilayah Gerejawi Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Keuskupan Malang.

[7]A.M. Mangunhardjana, Ketua Lingkungan:…, hlm. 99.

[8]St. Gitowiratmo, Seputar Dewan…, hlm. 41.

[9]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 7.

[10]V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), hlm. 65-66.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *